Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 13:36
==============================
"Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan."
Hampir 4 dekade berada di dunia, dan hampir 4 dekade pula saya mengikuti perkembangan musik. Di usia balita saya sudah mendengarkan lagu-lagu karya Matt Monro, Andy Williams, Elvis Presley, di saat anak-anak lain mungkin masih mendengarkan lagu-lagu anak. Saya menyaksikan bahwa artis-artis datang dan pergi. Dari tidak terkenal, mencapai sukses di masa keemasan mereka, lalu surut, digantikan oleh artis-artis yang lebih muda dan lebih baru. Salah seorang penyanyi jazz legendaris yang dulu sangat populer pernah bercerita kepada saya bahwa ia harus tahu diri. "Masa keemasan saya sudah lewat, biar bagaimanapun kerasnya berusaha, saya tidak akan bisa naik seperti saat itu lagi. Biarlah yang muda-muda yang menggantikan, tapi saya tidak akan pernah berhenti berkarya selama masih hidup." begitu kira-kira katanya. Ia pun menyempatkan menyampaikan pesan kepada musisi-musisi muda, "berusahalah berbuat sebaik-baiknya di saat kesempatan masih ada. Pergunakan waktu yang ada dengan semaksimal mungkin, karena pada suatu hari nanti, di saat mereka sudah melewati masa keemasan mereka, akan jauh lebih sulit bagi mereka untuk mencapai sesuatu." katanya. Pesan ini tetap saya ingat hingga hari ini. Sekarang saya masih produktif, masih bisa bekerja, masih bisa melayani, masih bisa menyampaikan firman Tuhan, tapi itu tidak akan berlaku selamanya. Pada suatu saat nanti, saya tidak akan bisa lagi melakukannya, walaupun mungkin saya masih sangat ingin berbuat sesuatu. Karena itulah selagi saya masih bisa, komitmen saya adalah berbuat segala sesuatu yang terbaik dengan sekuat tenaga, berusaha sungguh-sungguh dan serius untuk melakukan segala sesuatu, seperti saya sedang melakukannya untuk Tuhan. Menulis renungan, melayani di gereja, bertetangga, atau bekerja, apapun itu, saya bertekad untuk melakukan yang terbaik, karena saya tahu waktu untuk itu tidak akan berlaku selamanya.
Pujangga besar Indonesia Chairil Anwar pernah menulis "aku ingin hidup 1000 tahun lagi." Mungkin banyak di antara kita yang ingin seperti itu. Tapi itu tidaklah mungkin. Ada batas waktu bagi kita untuk menjalani fase kehidupan di dunia ini. Dalam doanya Musa berkata "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Tujuh puluh tahun, dan kalau kuat delapan puluh tahun. Ada orang yang mendapat "bonus" lebih melewati jangka waktu itu, tapi itupun akan berakhir pada suatu ketika. Alkitab mencatat beberapa orang yang berusia nyaris 1000 tahun. Adam mencapai 930 tahun (Kejadian 5:5), Set mencapai 912 tahun (ay 8), Enos mencapai 905 tahun (ay 11), Kenan mencapai 910 tahun (ay 14), Yared mencapai 962 tahun (ay 17) Nuh mencapai 950 tahun (9:29), dan yang terpanjang Metusalah, mencapai 969 tahun. (5:27). Begitu panjang umur mereka. Tapi untuk semua ayat di atas, lihatlah kalimatnya selalu diakhiri dengan kata-kata yang sama: "lalu ia mati." Sepanjang apapun umur manusia, pada suatu ketika tetap akan berakhir. Tidak ada manusia yang hidup selamanya. Perjalanan hidup kita punya ujung, punya batas. Pada suatu ketika kita akan dipanggil Tuhan, dan dengan demikian berakhirlah perjalanan hidup di dunia ini.
Oleh karena itulah selama kita masih memiliki kesempatan, seharusnya kita tidak membuang-buang waktu dan kesempatan untuk melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah dalam hidup kita. Ada orang yang malas bekerja dan selalu menunda dari satu besok ke besok yang lain, ada orang yang selalu menolak untuk melayani Tuhan karena menganggap mereka belum siap. Tapi kapan mereka akan siap? Itupun mereka tidak tahu. Mengingat umur kita yang punya batas, yang kita sendiri tidak tahu kapan kita mencapai akhir itu, bagaimana jika kita belum melakukan apapun sudah keburu dipanggil untuk mempertanggungjawabkan hidup kita di depan Tuhan? Atau, bagaimana jika ketika kita sadar dan mau melakukan kehendak Tuhan, tapi tenaga kita sudah tidak lagi memungkinkan? Lihatlah catatan manis tentang Daud yang saya ambil sebagai ayat bacaan hari ini. "Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan." (Kisah Para Rasul 13:36). Sehebat apapun Daud, dagingnya memang habis pada suatu waktu. Namun Daud telah tercatat melakukan kehendak Allah pada jamannya, pada masa dimana ia masih memiliki kesempatan untuk itu.
Pengkotbah pasal 3 pun menggambarkan dengan panjang lebar bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Dan rangkaian ayat selanjutnya menggambarkan beberapa contoh waktu-waktu untuk sesuatu. Seharusnya kita sadar akan hal ini dan berhenti membuang-buang waktu, berhenti bermalas-malasan, berhenti mencari alasan untuk tidak melakukan apapun, berhenti merasa tidak mampu dan sebagainya. Mulailah melakukan sesuatu hari ini. Kita semua ada di dunia ini, di tempat kita masing-masing bukanlah sebuah kebetulan. Kita ini semuanya ada karena Tuhan punya rencana yang jelas buat kita. Karena itu kita harus menemukan apa panggilan kita, apa tugas yang digariskan Tuhan kepada kita, apa yang harus kita lakukan selama kesempatan itu masih ada. Berhentilah menolak panggilan Tuhan, karena tidak selamanya kita bisa melayani Tuhan, tidak selamanya kita bisa berbuat yang terbaik.
Perhatikanlah firman Tuhan berikut: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu." (Yohanes 15:16). Bukan kita yang memilih, tapi Tuhanlah yang memilih kita. Karena itu jika Tuhan memilih kita saat ini, di waktu atau jaman kita berada, itu adalah suatu kehormatan, dan bukan keterpaksaan atau sesuatu yang boleh kita lakukan setengah hati. Dan jika itu kehormatan, maka tidaklah tepat jika kita terus menunda-nundanya. Kita dipilih Tuhan, dan ditempatkan pada suatu masa tertentu, pada suatu tempat tertentu, hendaklah kita menuruti panggilannya dan menghasilkan buah-buah yang manis, selagi kesempatan itu masih ada. Daud tercatat dengan manis telah melakukan kehendak Allah di jamannya, apakah kita sudah tercatat sama seperti itu? Jangan buang-buang waktu, jangan tunda lagi, karena kesempatan itu tidak akan tersedia selamanya. Pandanglah sekeliling anda, ada banyak hal yang bisa anda lakukan untuk memuliakan Tuhan. Tuhan Yesus berkata "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Secara lebih spesifik, temui apa yang menjadi rencana Tuhan bagi anda, seperti apa anda bisa dipakai Tuhan, dan jalanilah itu. Apa yang Tuhan minta dari kita bukanlah kehebatan atau kepintaran atau kekayaan kita, tapi kemauan kita. Mau atau tidak, itu yang menjadi masalah, bukan bisa atau tidak. Karena itu adalah sebuah kehormatan untuk bisa melakukan kehendak Allah. Adalah suatu kehormatan jika kita dipilih Tuhan. Lakukanlah sebaik-baiknya selama waktu masih ada.
"Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya." (Pengkotbah 3:17)
No comments:
Post a Comment