Ayat bacaan: Zefanya 2:1-2
========================
"Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN."
"Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang." Ini pepatah yang menggambarkan sebuah perilaku dimana orang yang mendapat banyak rezeki akan dipuji, dikasihi, dimanja, namun ketika rezeki tidak lagi ada, maka mereka akan disepelekan atau dibuang. Perilaku seperti ini banyak kita jumpai dalam berbagai hubungan, baik kekerabatan, pertemanan hingga dalam rumah tangga. Tapi tidak sampai di situ saja, karena dalam hubungan pada Tuhan pun pepatah ini bisa berlaku. Ketika berada dalam keadaan terjepit, orang akan begitu rajinnya berdoa, berseru pada Tuhan, dengan ratap tangis, namun ketika Tuhan mengulurkan tanganNya untuk menolong mereka lepas dari kesesakan, mereka pun akan segera melupakan Tuhan dan sibuk dengan dunia masing-masing. Mungkin berterimakasih, namun tidak bertahan lama. Doa menjadi semakin jarang dengan beragam alasan. Apalagi jika diminta untuk terlibat dalam pelayanan, seribu satu alasan pun dikeluarkan untuk berusaha mengelak. Begitu seringnya anak-anak Tuhan terlena dalam kenyamanan dan melupakan Tuhan, namun kembali datang ketika masalah menerpa. Itupun mungkin hanya sebagai alternatif terakhir bila tidak ada lagi kekuatan atau orang yang bisa diandalkan. Sikap seperti ini tidaklah berkenan di hadapan Tuhan.
Dahulu kala bangsa Israel menunjukkan sikap seperti ini berulang kali. Hati mereka dengan Tuhan begitu cepatnya berubah-ubah. Mereka dengan mudah menangis meminta pertolongan, berseru-seru pada Tuhan, namun ketika pertolongan datang, sesaat kemudian mereka sudah menunjukkan sikap tidak puas dan kembali bersungut-sungut. Pada saat-saat tertentu mereka memuliakan Tuhan, namun sesaat kemudian mereka kembali malas, bersikap acuh tak acuh, atau malah menduakan Tuhan dengan ikut-ikutan menyembah dewa-dewa. Sikap seperti ini sangat tidak disukai Tuhan. Maka melalui Zefanya Tuhan memberi teguran keras. "Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN." (Zefanya 2:1-2). Ini teguran keras yang dijatuhkan kepada sebuah bangsa yang, walaupun sudah berulangkali mengalami kuasa Tuhan, begitu banyak mukjizat, namun mereka masih juga berperilaku tidak terpuji dalam berbagai hal. Kalaupun mereka beribadah, itu tidak lain hanya seremonial atau rutinitas semata. Untuk masalah ini pun Tuhan pernah menegur tak kalah keras. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Hal-hal yang ajaib atau keajaiban yang menakjubkan disini tidaklah bermaksud positif, tapi negatif. Dalam versi BIS diterjemahkan sebagai "pukulan bertubi-tubi". Sungguh tidak pantas memperlakukan Tuhan yang luar biasa baik dan begitu mengasihi kita dengan sangat setia dengan cara yang acuh tak acuh alias cuek atau tidak serius sepenuh hati.
Dalam Wahyu teguran yang keras juga dialamatkan kepada jemaat di Laodikia. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Sikap acuh tak acuh atau suam-suam kuku seperti ini bisa mendatangkan murka Tuhan, dan itu wajar mengingat betapa baiknya Tuhan kepada ciptaanNya sendiri. Hari-hari ini ada banyak diantara anak-anak Tuhan yang tidak lagi memiliki kerinduan untuk melayani Tuhan. Ada banyak diantara mereka yang lebih mementingkan perkara duniawi ketimbang melibatkan diri dalam pekerjaan Tuhan, atau untuk bersekutu intim dengan Tuhan sekalipun. Sebesar apa porsi Tuhan dalam hidup kita? Seberapa besar kerinduan kita kepadaNya? Dimana posisi Tuhan dalam hidup kita? Ini adalah pertanyaan penting yang patut kita jadikan bahan introspeksi agar kita jangan sampai menjadi lengah dan terjatuh.
Kita harus tetap memiliki rasa takut akan Tuhan. Bukan takut dalam pengertian negatif, takut seperti bentuk ketakutan duniawi, takut dihukum, takut dilempar ke neraka dan sebagainya, tapi takut akan Tuhan berbicara mengenai bagaimana kita patuh pada perintahNya, tidak mau mengecewakan Tuhan karena kita mengasihiNya, mengenal pribadiNya dan memuliakanNya. Ini adalah bentuk rasa takut yang sehat, yang akan membawa kita lebih dekat lagi kepadaNya. Takut akan Tuhan tidak saja bisa membawa kita untuk menerima keselamatan yang kekal sifatnya, namun Tuhan juga menjanjikan kita untuk tidak akan berkekurangan, seperti apa yang dikatakan Daud. "Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!" (Mazmur 34:9). Ada begitu banyak pekerjaan menunggu, dan kita bisa turut serta dalam pekerjaan itu sesuai dengan talenta yang telah disediakan Tuhan kepada kita, di tempat dimana kita berada, sesuai dengan rencana Tuhan dalam hidup kita. Yesus mengingatkan kita agar mau bersungguh-sungguh melakukan pekerjaan Tuhan selagi masih ada kesempatan. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Akan datang "malam", dimana kita tidak lagi bisa bekerja, ketika yang tinggal hanyalah pertanggungjawaban bagaimana kita hidup di dunia ini. Karena itu janganlah acuh tak acuh. Seriuslah dalam menjalani hubungan dengan Tuhan, jadikan Dia sebagai yang utama dalam hidup dan tetaplah bersemangat dalam pelayanan, minimal menjadi berkat buat orang lain dimana nama Tuhan dipermuliakan. Tetap semangat!
Sikap acuh tak acuh hanya akan mendatangkan murka Tuhan dan tidak membawa manfaat apa-apa
No comments:
Post a Comment