Sunday, July 5, 2009

Ramal Meramal

Ayat bacaan: 1 Tawarikh 10:13-14a
============================
"Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN."

peramal, ramal, dukun, okultismeSekali-kalinya menonton TV, saya menjadi heran sendiri. Begitu banyak iklan-iklan yang jelas-jelas menganjurkan orang untuk percaya ramal meramal dengan begitu bebasnya. Ketik reg spasi a, spasi b, dan sebagainya. Berbagai praktek ramalan dan perdukunan saat ini sudah dikemas secara menarik sehingga terkadang tidak lagi terlihat secara nyata sebagai sebuah okultisme. Praktek-praktek perdukunan pun tumbuh subur dimana-mana. Ketika begitu banyak kedok dukun palsu terkuak, banyak pasien yang menjadi korban pelecehan seksual dengan berkedok dukun, tetap saja orang tidak kapok-kapoknya pergi ke dukun. Ironisnya, di kalangan kita sendiri pun ada yang masih percaya pada hal-hal seperti ini. Di satu sisi ke gereja, di satu sisi berdoa, tapi di sisi lain pergi bertanya atau meminta kepada roh-roh leluhur. Saya pernah menanyakan kepada seseorang mengapa dia menjalani dua hal yang bertentangan ini, dan ia pun berkata bahwa keduanya tidak bersangkut paut. "Tuhan ya Tuhan, apa hubungannya dengan meramal masa depan dan bertanya pada kakek sendiri?" jawabnya. Masalahnya kakeknya sudah tidak lagi menghuni dunia ini. Apa kata Alkitab mengenai hal ini?

Mari kita lihat bagaimana kelakuan bangsa Israel yang keterlaluan. Mereka sudah berulangkali mengalami dan menyaksikan sendiri bagaimana mukjizat demi mukjizat turun atas mereka. Betapa baiknya Tuhan yang berulang kali menyelamatkan mereka, menuntun mereka secara langsung, bahkan begitu sabarnya dengan terus menerus mengingatkan mereka setiap kali mereka sesat. Namun mereka masih juga berperilaku jelek. Ketika Tuhan begitu baik kepada mereka, mereka terus saja memberontak. Ketika menghadapi masalah, bukannya pergi kepada Tuhan, namun mereka malah pergi ke peramal-peramal untuk meminta petunjuk. Hal ini jelas menyakiti hati Tuhan, maka Tuhan pun mengingatkan dengan tegas. "Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati." (Ulangan 18:10-11). Tuhan menganggap hal ini sebagai sebuah kekejian. "Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu." (ay 12).

Melakukan kekejian bagi Tuhan tentulah ada konsekuensinya. Inilah yang dialami oleh Saul. Jika kita baca kisahnya dalam 1 Samuel 28, pada saat itu Saul tengah ketakutan menghadapi serangan bangsa Filistin. Ia sempat bertanya pada Tuhan, namun ia merasa tidak mendapat jawaban secepat yang dia inginkan. (ay 6). Lalu Saul yang tidak sabar pun memutuskan untuk mencari dukun wanita yang sanggup memanggil arwah. (ay 7). Apa yang dilakukan Saul merupakan kekejian di hadapan Tuhan. Kesalahannya fatal dan akibatnya pun fatal. Daud akhirnya harus mati dengan tragis. Alkitab mencatat hal ini secara jelas dalam 1 Tawarikh. "Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN." (1 Tawarikh 10:13-14a).

Dijawab Tuhan dengan segera atau tidak, itu adalah mutlak keputusan Tuhan. Yang pasti apa yang Tuhan sediakan adalah segala sesuatu yang terbaik bagi kita. Termasuk kapan waktu yang terbaik untuk memberikannya kepada kita. Dia jauh lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita lebih dari kemampuan kita dalam memutuskan apa yang terbaik bagi kita. Seringkali ketidaksabaran berbuah malapetaka, salah satunya dengan pergi kepada peramal atau dukun. Ada banyak orang yang hari-hari ini lebih percaya pada seorang peramal atau dukun daripada kepada Tuhan. Ketika usaha atau toko sepi pengunjung, ketika karir jalan di tempat, ketika jodoh tidak kunjung datang, orang akan rela merogoh kantongnya mengeluarkan uang sebesar apapun untuk datang kepada dukun/peramal atau orang pintar. Mencari hari baik, tanggal baik, memasang berbagai jimat yang ditanam di sekitaran rumah atau tempat usaha dan sebagainya, menanam berbagai benda di dalam tubuh, dan sebagainya, semua itu dilakukan dengan tenang. Padahal Tuhan menganggap hal ini sebagai sebuah kekejian. Ketidaksabaran kita bisa dimanfaatkan iblis yang terus mengaum-aum mencari mangsa untuk menjebak kita. Padahal biar bagaimanapun janji Tuhan akan digenapi kepada orang-orang yang terus hidup taat akan firmanNya. Lihat apa kata Pemazmur. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2).Alkitab mencatat begitu banyak kisah tentang bagaimana Tuhan sanggup mengubah segala sesuatu secara gemilang tepat pada waktunya. Kita melihat begitu banyak hidup diubahkan bahkan hingga hari ini kepada orang-orang yang terus hidup dalam pengharapan dengan taat. If that could happen to them, it could also happen to us too. Sekali kita terjerumus ke dalamnya kita akan sulit lepas. Dan ada konsekuensi yang menunggu atas segala kekejian yang kita lakukan kepada Tuhan yang telah begitu baik pada kita. Ketika kita menghadapi persoalan, datanglah menghadap ke hadiratNya, dan percayalah dengan pengharapan penuh bahwa Tuhan sanggup melepaskan kita dari berbagai belenggu masalah. Berhati-hatilah dan jangan tergoda untuk bermain-main dengan kuasa kegelapan dan okultisme. Teruslah hidup kudus dan teruslah berusaha melatih diri untuk semakin teguh hidup dalam kebenaran. "Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu." (Ulangan 18:13).

Bermain-main dengan kuasa gelap adalah kekejian di mata Tuhan yang bisa mendatangkan konsekuensi fatal

No comments:

Post a Comment