Ayat bacaan: Ulangan 3:28
=====================
"Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin mereka sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu."
Selalu saja ada orang yang sinis di dunia ini. Seorang teman saya yang punya profesi sampingan sebagai seorang manajer baru saja mengeluh. Pasalnya ia baru saja mendapatkan kata-kata yang meruntuhkan mentalnya dari seseorang. Di satu sisi ia mendukung, katanya, tapi di sisi lain dia berkata bahwa mereka tidaklah mungkin bisa sukses hingga ke luar dengan kemampuan mereka. "Kata-kata ini menyakitkan" katanya. Saya berkata kepadanya, jadikan itu sebagai cambuk, dan buktikanlah bahwa kalian bisa. Betapa seringnya kita berhadapan dengan orang-orang yang siap meruntuhkan mental kita. Ada banyak karyawan yang mengalami mati kreativitas karena mendapat kata-kata pahit yang melemahkan semangat dan meruntuhkan rasa percaya diri. Ada begitu banyak keluarga yang akhirnya hancur berantakan karena di dalam keluarga itu hanya kritik pedas, hinaan bahkan caci maki isinya. Orang tua kepada anak, anak kepada orang tua, atau suami kepada istri dan sebaliknya. Ada banyak mahasiwa atau siswa yang runtuh mentalnya karena guru atau dosen yang terus menerus mencela dan menghina mereka. Saya pernah menulis di salah sebuah renungan tentang teman saya yang akhirnya membawa kepahitan akibat direndahkan dosennya hingga akhir hayatnya. Sehari sebelum meninggal ia masih membicarakan kepada saya masa ketika ia disepelekan, bagaimana ia menjadi sulit bangkit karena sepatah kalimat saja.
Rasanya setiap manusia di dunia ini butuh pengakuan, sekecil apapun. Bukan gila pujian, tapi setidaknya sedikit kata atau reaksi yang bisa menunjukkan bahwa ada yang bisa dibanggakan dari kita. Sedikit kata pujian, sebuah senyum tulus, jabat tangan yang hangat, reaksi wajah bangga, itu akan membuat sebuah perbedaan yang besar. Seorang pimpinan wajib memotivasi anak buahnya, dan bukan memojokkan atau merendahkan. Istri dan suami saling mengasihi dan memberkati, bukan saling menghina atau merendahkan. Orang tua dan anak berada dalam hubungan yang harmonis, bukan saling menghujat, mengatai anaknya tolol, atau menjelek-jelekkan mereka di depan orang lain. Di kampus atau sekolah pun demikian. Daripada menghina kemampuan siswa atau mempermalukan mereka di depan teman-temannya, tidakkah lebih baik memberi kata-kata yang bersifat membangun kepada mereka?
Dalam Ulangan 3 kita melihat proses peralihan pimpinan perjalanan bangsa Israel menuju tanah terjanji dari Musa ke Yosua. Ini sebuah tugas yang berat, dan wajar apabila Yosua diliputi kecemasan dan khawatir tidak sanggup melanjutkan tugas yang dipegang Musa. Menarik melihat bahwa Tuhan menyuruh Musa untuk menguatkan dan meneguhkan Yosua. "Dan berilah perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin mereka sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu." (Ulangan 3:28). Dalam bahasa Inggrisnya disebut "encourage and strengthen". Tuhan tahu betul bahwa manusia membutuhkan kata-kata penyemangat, peneguhan dan pengakuan, dan ini jauh lebih bermanfaat ketimbang merendahkan dan menjatuhkan.
Berhati-hatilah dengan ucapan-ucapan yang keluar dari kita. Mungkin kita hanya bermaksud jujur, mungkin kita memang terbiasa dengan kritik keras di dalam keluarga atau lingkungan, namun bagi sebagian orang hal tersebut bisa meruntuhkan moral mereka. Yesus sendiri mengingatkan bahwa apa yang diucapkan mulut meluap dari hati. Dan pada saatnya nanti, semua yang kita ucapkan haruslah dipertanggungjawabkan. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:37). Apa yang kita ucapkan bisa berdampak baik pada kemajuan atau sebaliknya kehancuran orang lain, dan itu semua haruslah kita pertanggungjawabkan suatu hari nanti. Yakobus mengingatkan : "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 3:9-10). Lidah yang sama, dari mulut yang sama, bisa mengeluarkan keduanya, baik berkat maupun kutuk. Hal ini tentu tidak akan berkenan di hadapan Tuhan.
Menjaga perkataan dan selalu mengeluarkan kata-kata membangun dan meneguhkan orang lain, mengeluarkan kata-kata positif, kalaupun mengkritik, kritiklah yang membangun dan bukan menjatuhkan, itu akan membawa perubahan yang jauh lebih baik. Tentu saja bukan memuji berlebihan karena maksud tertentu, namun tulus dan didasarkan kasih. Hindarilah iri terhadap kesuksesan orang lain, pujilah Tuhan akan hal itu, daripada mengeluarkan kata-kata negatif terhadap mereka. Dan yang penting lagi, jagalah hati kita senantiasa, karena dari hati itulah terpancar kehidupan (Amsal 4:23), dimana kata yang diucapkan dari mulut keluar dari hati. (Matius 12:34). Hal ini yang saya terapkan di kampus dimana saya mengajar, dan hasilnya sungguh positif. Ada begitu banyak siswa yang tadinya mentalnya rendah menjadi termotivasi dan menjadi sukses, bahkan ada yang sampai bekerja ke luar negeri. Mulailah memotivasi setidaknya satu orang setiap hari, dan buatlah perbedaan. Because there are so many people dying for encouragement around us.
Sebuah kata positif bisa membawa perbedaan besar bagi hidup orang lain
No comments:
Post a Comment