Tuesday, June 23, 2009

Malu Mengakui Yesus

Ayat bacaan: Matius 10:32-33
======================
"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."

malu mengakui YesusMenganut kepercayaan yang berbeda dengan kaum mayoritas terkadang menyulitkan bagi sebagian orang. Ada perasaan disisihkan, sulit untuk diterima ditengah-tengah teman sekerja bahkan ada yang mendapatkan kesulitan untuk naik jabatan atau promosi karena perbedaan keyakinan. Seorang teman mengeluhkan kondisi ini pada suatu ketika. Di kantornya yang dipenuhi mayoritas penganut keyakinan yang berbeda membuatnya sulit menapaki jenjang karir. Contoh lain yang mungkin paling sering adalah ketika tengah mendekati seseorang yang berbeda keyakinan. Ada yang menutupi jati dirinya, malu mengakui bahwa mereka adalah pengikut Kristus, bahkan tidak jarang pula ada yang memilih untuk putus hubungan dengan Kristus demi mendapatkan pasangan hidupnya. Ada situasi-situasi yang mungkin timbul dimana kita harus menentukan sikap atau harus memilih. Sayangnya ada banyak yang lebih memilih kepentingan dunia ketimbang perkara surgawi. Ada orang yang malu menjadi orang Kristen karena takut dianggap tidak gaul. Tapi coba pikirkan ini. Bayangkan jika seandainya Yesus malu membela kita, bagaimana sekiranya Yesus memilih untuk tidak menanggung malu dan penderitaan akibat penyiksaan sampai mati di kayu salib demi menyelamatkan kita. Apa jadinya kita hari ini?

Ketika Yesus menggenapi rencana Tuhan mengenai penyelamatan manusia, lihatlah bahwa Yesus harus melewati malu yang demikian besar dan penderitaan mengerikan hanya untuk menebus segala dosa kita. Apa yang kita hadapi hari ini yang mungkin bisa mendatangkan penyangkalan atau rasa malu untuk mengakui Dia tidaklah sebanding dengan apa yang dialami Tuhan Yesus ketika menyelamatkan kita. Alangkah keterlaluan jika kita malu mengakui Tuhan yang begitu luar biasa besar kasihNya hanya untuk ditukarkan pada kepentingan-kepentingan dunia yang sesaat saja sifatnya. Yesus pun telah mengingatkan jauh-jauh hari agar kita jangan takut kepada manusia. "Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui." (Matius 10:26). Tuhan sanggup memelihara kita secara luar biasa. Jika burung pipit pun dipelihara Tuhan, apalagi kita yang lebih berharga dari burung pipit. (ay 31). Kemudian Yesus mengingatkan sejak awal pentingnya untuk mengakui jatidiri kita secara tegas. Ada konsekuensi yang harus kita terima apabila kita menutupinya, malu mengakui Tuhan kita di hadapan manusia. Kata Yesus: "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32-33). Orang percaya haruslah berani mengakui Tuhan di depan manusia. Tidak perlu malu, apalagi takut, dengan alasan apapun.

Dalam Amsal kita baca demikian: "Takut kepada orang mendatangkan jerat" (Amsal 29:25). Ya, kita bisa terjerat pada kegelapan ketika kita malu mengakui diri sebagai anak terang. Petrus pernah mengalami hal ini. Dalam keadaan dicekam ketakutan ketika Yesus ditangkap, ia menyangkal Yesus hingga tiga kali sebelum ayam berkokok. (Matius 26:69-75). Untunglah ia segera menyadari kesalahannya dan bertobat. Bagaimana jika kita tidak sempat untuk bertobat? Yesus tidak akan mau mengakui kita di hadapan Bapa di surga. Akibatnya binasalah kita. Dalam ayat lain kita membaca demikian: "Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah." (Lukas 12:8-9). Tanpa pesan seperti ini pun sebenarnya kita tidak pantas malu mengakui Tuhan di hadapan orang lain. Tuhan yang sudah begitu baik menyelamatkan kita, sudah begitu setia pada hidup kita, begitu besar kasihNya melindungi dan mencukupi kita, layak mendapatkan segala yang terbaik dari diri kita sebagai ungkapan rasa syukur. Jika mengakuiNya saja kita tidak sanggup bagaimana kita bisa menunjukkan rasa syukur kita?

Jika harus malu, merasa malu-lah ketika melakukan dosa. Tidak pada tempatnya kita merasa malu mengakui Kristus, seharusnya kita malah merasa gembira dan bersukacita karena telah menemukan sang Gembala yang akan menuntun kita menuju kehidupan kekal di sisi Bapa Surgawi. Dalam kondisi apapun, banggalah menjadi pengikut Kristus, Tuhan yang begitu luar biasa mengasihi kita dan menginginkan kita semua beroleh keselamatan dan tidak satupun binasa. Keselamatan itu bisa bergantung pada situasi apakah kita mengaku dengan mulut atau menyangkal. "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9). Mengapa demikian? "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (ay 10). Hati yang bersukacita penuh syukur tidak akan pernah malu mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Hati yang seperti itu pula yang akan dengan bangga mengakui dengan mulut, dan karenanya beroleh selamat. Sedini mungkin kita harus mau belajar membuka mulut mengakui Kristus dan hidup sesuai firman Tuhan, menjadi terang dan garam di dunia, karena jika kita tidak, semakin lama kita akan semakin sulit melakukannya dan akibatnya mendatangkan jerat. Karenanya buanglah perasaan malu dan takut itu jauh-jauh karena apapun yang ada di dunia ini tidaklah lebih penting dari rasa syukur atas besar kasih Tuhan selama ini pada kita berikut janjiNya akan kebahagiaan kekal, kelak setelah kita selesai menempuh masa kehidupan di dunia ini.

Tuhan begitu baik pada kita, banggalah selalu menjadi anak-anakNya

No comments:

Post a Comment