Thursday, June 25, 2009

Anak Panah di Busur Pahlawan

Ayat bacaan: Mazmur 127:4
======================
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."

anak panah, anak-anak, orang tua, busurBeda generasi, beda gaya. Itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam perkembangan jaman. Karena beda generasi inilah terkadang muncul konflik dalam keluarga antara orang tua dan anak. Orang tua tidak bisa menerima gaya hidup generasi yang lebih muda, mereka tetap berpegang kuat kepada tradisi mereka, sementara anak-anak merasa orang tua mereka terlalu kolot/kuno dan tidak mau mengerti mereka. Selalu ada perbedaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan selalu ada ciri dimana generasi yang lebih muda akan menentang generasi sebelumnya. Jika dalam hal-hal kecil tentu masalah yang timbul dari perbedaan generasi ini tidak akan terlalu berakibat besar. Namun bagaimana mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masa depan? Ada sebuah contoh nyata dari keluarga saya. Salah seorang paman memaksakan kehendaknya agar anaknya mengikuti jejaknya menjadi seorang dokter. Si anak sama sekali tidak tertarik, ia lebih tertarik untuk mendalami komputer dan/atau belajar menjadi koki, karena ia sangat hobi memasak. Karena paksaan, ia pun akhirnya dimasukkan ke fakultas kedokteran. Ini terjadi 6 tahun yang lalu. Saat ini, si anak sudah dikeluarkan karena tidak berprestasi apa-apa, sering bolos dan hidupnya pun tidak karuan. Saya sempat berpikir, seandainya paman saya bisa lebih bijaksana. Andaikan ia memang ragu anaknya bisa sukses, setidaknya mungkin ia bisa memberikan kesempatan bagi si anak untuk membuktikan pilihannya adalah benar. Atau setidaknya mereka bisa berbicara dari hati ke hati sebelum memutuskan secara sepihak. Si anak (sepupu saya) ini dahulu sering berkeluh kesah kepada saya mengenai hal ini. Tapi saya tidak memiliki otoritas untuk ikut campur. Orang tua otoriter, tapi di sisi lain, sepupu saya juga salah karena tidak menurut. Ia memberontak dengan sengaja merusak kuliahnya sendiri. Siapa yang salah? Orang tua yang merasa mereka lebih punya pengalaman dan lebih tahu, atau anak yang merasa mereka tidak didengarkan?

Nyanyian ziarah Salomo dalam Mazmur menengahi hal ini dengan indah. Salomo berkata: "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." (Mazmur 127:3). Dalam versi Inggrisnya anak-anak lelaki ini dikatakan sebagai "children", jadi hal ini saya kira berlaku baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Lihatlah Alkitab berkata bahwa anak adalah sesungguhnya pemberian Allah, anugerah luar biasa indah yang dititipkan kepada para orang tua. Pemiliknya tetaplah Allah sendiri. Bagaimana anak ini nantinya terbentuk, itu adalah pertanggungjawaban dari orang yang dititipkan (orang tua) kepada sang Pemilik (Tuhan). Ayat selanjutnya berbunyi demikian: "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (ay 4). Jika anak-anak diibaratkan sebagai anak-anak panah, maka orang tua diibaratkan sebagai pahlawan, yang siap menembakkan anak-anak panah ini ke tempat yang tepat. Busur yang tidak elastis dan kuat tidak akan bisa mengarahkan anak panah dengan baik. Di sisi lain, anak panah yang berat dan berekor kaku juga akan melenceng dari arah yang benar, meski busurnya baik. Untuk mencapai sasaran yang benar, keduanya harus baik.

Apa yang saya maksud adalah begini. Busur yang elastis adalah sikap para orang tua yang, alangkah baiknya, tidak terlalu kaku dan mau mendengar keluh kesah dan pendapat anaknya. Memang orang tua jauh lebih berpengalaman, lebih banyak makan asam garam, namun ada kalanya mereka kurang tanggap terhadap perkembangan jaman, dan kurang mengenal anak-anak mereka. Jalannya hubungan hanyalah satu arah, dan tidak pernah interaktif. Anak tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut masa depan mereka. Terlalu sibuk pada warna rambut, mengkritik mode, tren dan sebagainya, terlalu kaku dan otoriter sehingga lupa menyiapkan busur yang kuat sebagai tempat berpijak dan sumber terbangnya anak-anak panah. Di sisi lain, anak-anak pun seringkali terlalu cepat menentang orang tuanya. Salah satu saja tidak berfungsi baik akan membelokkan arah ke tempat yang salah, apalagi jika dua-duanya tidak berfungsi.

Pemazmur mengingatkan : "Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan." (Mazmur 33:16). Seorang raja tidak akan selamat jika hanya bergantung pada besarnya kuasa mereka sendiri, seorang pahlawan tidaklah tergantung dari besarnya kekuatan mereka sendiri. Orang tua tidak akan bisa menjadi pahlawan jika mereka mengandalkan kekuasaan dan kekuatan mereka semata dalam menentukan kelanjutan masa depan anak-anaknya. Di sisi lain, anak pun hendaknya jangan menjadi pribadi pembangkang. Terlalu cepat menentang tanpa pikir panjang juga salah. Karena ada kalanya anak harus belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan orang tua mereka. Belum ketemu jalan tengahnya? Ini yang menjadi titik tengah: Apa yang bisa membuat segalanya baik hanyalah jika kedua pihak, baik orang tua maupun anak mendasarkan segala sesuatunya kepada Tuhan. "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan." (ay 18-19). Jika kita melihat dari pribadi Kristus sendiri, lihatlah bagaimana bentuk doa Kristus. "datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." (Matius 6:10). Lalu, ".....tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (26:39). Bukan kehendak kita, bukan kehendak orang tua, bukan kehendak anak, tapi yang terbaik adalah seperti yang Tuhan kehendaki.

Belajar dari hal ini, yang terbaik adalah orang tua dan anak duduk bersama-sama, saling terbuka dan mendengar pendapat masing-masing. Beri kesempatan masing-masing untuk mengutarakan pandangannya. Dan yang lebih penting lagi, berdoalah bersama. Biarlah Tuhan yang berbicara dan memberitahukan apa yang terbaik. Bersikap otoriter tidak akan pernah mendatangkan kebaikan. Di sisi lain, anak-anak hendaklah menghormati orang tuanya. "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ulangan 5:16). Jangan terburu-buru membangkang. Dengarkanlah dan jangan sia-siakan suara mereka. "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu" (Amsal 1:8). Generasi boleh berbeda, sifat dan gaya boleh berbeda, tapi dalam Tuhan kita semua satu dan tetap sama. Orang tua, jadilah busur yang kuat dan elastis agar anak-anak panah anda bisa mencapai sasaran yang tepat. Fleksibellah kepada anak-anak anda, dengarkan kebutuhan, keinginan, cita-cita dan impian mereka. Anak-anak, jadilah anak-anak panah yang stabil, jangan mengeraskan hati sehingga sulit diarahkan. Bersatulah dalam doa, dengarlah apa kata Tuhan, karena itulah yang terbaik.

Bukan menurut kita, tapi menurut Tuhan, itulah yang terbaik

No comments:

Post a Comment